DAFTAR ISI

Minggu, 03 Januari 2016

Kebudayaan Arab, Kebudayaan Islam Dan Kebudayaan Islami Dalam Mata Diklat Pengayaan Materi Sejarah Kebudayaan Islam Bagi Guru Madrasah Tsanawiyah

http://bdkjakarta.kemenag.go.id/index.php?a=artikel&id=850

Kebudayaan Arab, Kebudayaan Islam Dan Kebudayaan Islami Dalam Mata Diklat Pengayaan Materi Sejarah Kebudayaan Islam Bagi Guru Madrasah Tsanawiyah
Oleh : Iwan Falahudin
Abstraksi
Tulisan berjudul "Kebudayaan Arab, Kebudayaan Islam, Kebudayaan Islami", ini merupakan pengayaan konten pembelajaran dalam diklat pendalaman materi Sejarah Kebudayaan Islam bagi guru madrasah tsanawiyah di tiga wilayah kerja Balai Diklat Keagamaan Jakarta, yaitu Provinsi DKI Jakarta, Banten, dan Kalimantan Barat.
Fakta di lapangan ketika penulis mengisi jam diklat untuk materi ini adalah adanya indikasi bagi sebagian guru SKI - MTs. kurangnya pemahaman tentang perbedaan antara kebudayaan Arab, Islam, dan Islami. Dan masalah utama yang muncul adalah bagaimana cara memberikan pemahaman yang lebih tentang masing-masing kebudayaan itu bagi para rekan guru? Berdasarkan hal tersebut maka tujuan penulisan artikel ini adalah untuk memberikan sedikit pencerahan tentang pemahaman sebagian guru SKI - MTs. terutama mengenai Kebudayaan Arab, Kebudayaan Islam, Kebudayaan Islami. Metode kajian yang penulis lakukan dalam rangka menjawab permasalahan yang muncul di sebagian kalangan guru SKI - MTs. itu adalah "library research".
Simpulan dari tulisan ini adalah bahwa Kebudayaan Arab, tidak sama dengan Kebudayaan Islam, dan kedua kebuayaan itupun berbeda pula dengan Kebudayaan Islami.. Namun perbedaan tiga kebudayaan itu nampaknya belum terlalu "familiar" di kalangan sebagian guru Sejarah Kebudayaan Islam pada madrasah tsanawiyah. Karena pada umumnya yang biasa diketahui itu adalah persamaan dari tiga kebudayaan tersebut. Kebudayaan Arab adalah kebudayaan yang berasal dari bangsa Arab dan atau tumbuh di kawasan Arab. Dan Kebudayaan Islam secara khusus adalah sesuatu yang dihasilkan umat Islam baik dalam bentuk konkret maupun abstrak, yang secara prinsip bersumber pada ajaran Islam. Misalnya model baju penutup aurat, bersekolah, hidup sehat, dan sebagainya. Sedangkan Kebudayaan Islami adalah suatu cipta dan karya manusia baik muslim maupun non muslim yang berangkat dari sumber ajaran Islam. Misalnya membuat sapu, dan kebiasaan menyapu, walaupun dilakukan oleh orang non muslim, maka perbuatan dan kebiasaan itu disebut Kebudayaan Islami, karena bersumber dari ajaran Islam yaitu tentang kewajiban hidup bersih.
Saran yang dapat penulis sampaikan adalah mari sama-sama kita meningkatkan kualitas pengetahuan tentang Sejarah Kebudayaan Islam dengan memperbanyak bahan bacaan dari berbagai sumber. Sehingga kita dapat lebih mengidentifikasi persamaan dan perbedaan ketiga jenis kebudayaan tersebut.
Kata kunci: Kebudayaan Arab, Kebudayaan Islam, Kebudayaan Islami.
A.Pendahuluan
Dalam mata diklat Sejarah Kebudayaan Islam / SKI, ada tiga dasar pengetahuan utama yang idealnya menjadi paradigma para pebelajar (siswa) dan pembelajar (guru), yaitu dasar pengetahuan tentang sejarah, dasar pengetahuan tentang kebudayaan, dan dasar pengetahuan tentang Islam. Dalam konteks ini, para ahli berbeda pendapat tentang awal dimulainya sejarah dalam Kebudayaan Islam, dan asal kebudayaan dalam Sejarah Islam.
Ada dua cara pandang yang berbeda dalam pembahasan tentang sejarah dalam Kebudayaan Islam. Pertama, Sejarah Islam dimulai sejak proses penciptaan Nabi Adam AS. Kedua, Sejarah Islam dimulai sejak masa Nabi Muhammad SAW.
a.Bagi pendapat pertama, Sejarah Islam dimulai sejak diutusnya Nabi Adam As. Ada dua alasan yang mendasari. Pertama, Nabi Adam As. adalah nabi pertama dalam pemahaman ajaran Islam. Kedua, jika Sejarah Islam dimulai sejak masa Nabi Muhammad, berarti ada alur yang terputus antara Nabi Adam sampai Isa bahkan sampai masa sebelum diutusnya Muhammad. Padahal antara Nabi Muhammad dengan rasul-rasul sebelumnya meskipun berbeda dari sisi nama, namun dari sisi akidah ketuhanan memiliki keterkaitan antara satu dengan lainnya.
b.Bagi Pendapat kedua, Sejarah Islam dimulai sejak awal kenabian Muhammad yang sering dikaji sejak masa menjelang kelahirannya. Karena meski para rasul sejak Adam hingga Isa memiliki misi yang sama dengan Nabi Muhammad, tetapi secara faktual perkembangan Kebudayaan Islam dimulai dan dikembangkan sejak masa Nabi Muhammad (Ahmad Al-Usairy, Terj, Samson Rahman 2003: 4-9).
Dalam hal ini Penulis lebih cenderung pada pendapat yang kedua, yaitu Sejarah Islam dimulai sejak menjelang kelahiran Muhammad. Karena banyak pula yang membahas periodeisasi Sejarah Islam menggunakan pola kedua, yaitu dimulai dari keadaan Arab Pra Islam (menjelang kelahiran Muhammad) sampai diutusnya Nabi Muhammad SAW untuk berdakwah pada periode Makkah dan Madinah (Ahmad Al-Usairy, terjemah: Samson Rahman 2003: 4-9). Karena hampir seluruh umat manusia di dunia ini mengetahui Islam (meski belum tentu sepenuhnya benar), adalah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.
Dan mengenai asal kebudayaan dalam Sejarah Islam, para ahli juga berbeda pendapat, ada beranggapan bahwa Kebudayaan Arab adalah Kebudayaan Islam, ada pula yang berkeyakinan bahwa Kebudayaan Islam adalah semua kebudayaan yang berasal dari umat Islam. Bahkan ada pula yang membedakannya dengan kebudayaan islami. Pada umumnya, orang banyak yang beranggapan bahwa Kebudayaan Islam adalah Kebudayaan Arab, dan Kebudayaan Arab identik dengan Kebudayaan Islam. Padahal ada titik beda dan titik sama antara keduanya. Demikian juga halnya dengan Kebudayaan Islam, dan kebudayaan islami. Antara kedua keduanya ada unsur persamaan, dan ada pula perbedaannya.
Dalam perspektif sejarah, ketiga jenis kebudayaan tersebut memang berasal dari jazirah Arab, namun teritorial yang sama, bukan berarti pasti melahirkan sesuatu yang homogen. Dari ketiganya ada aspek yang bisa kita pilih dan pilah. Dan selanjutnya menjadi pedoman dalam perilaku kehidupan harian.
Fakta di lapangan mengindikasikan bahwa sebagian guru SKI - MTs. Banyak yang belum kuat pemahamannya tentang persamaan dan perbedaan antara ketiga jenis kebudayaan tersebut. Maka bagaimana caranya agar rekan-rekan guru SKI - MTs. itu dapat memiliki pemahaman yang cukup mengenai ketiga jenis kebudayaan itu? Dan dengan segala kerendahan hati, penulis mencoba menyampaikan tulisan sederhana ini dengan tujuan untuk memberikan sedikit penyegaran pemahaman tentang kebudayaan Arab, Islam, dan Islami. Untuk lebih jelasnya, sebaiknya kita membahas masalah kebudayaan mulai dari pengertiannya baik denotatif maupun konotatif.
B.Pembahasan
a.Makna Kebudayaan
Secara bahasa, kata kebudayaan berasal dari kata budaya. Budaya berasal dari bahasa Sansekerta budhayah. Jika diurai kata ini berasal dari kata budi atau akal, kemudian diartikan sebagai sesuatu yang berkaitan dengan budi atau akal manusia (http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya, Senin, 09 Januari 2012). Dalam Kamus Bahasa Indonesia, budaya berarti pikiran, atau akal budi, sedangkan kebudayaan adalah hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia, seperti kepercayaan, kesenian, adat, dan lain-lain (Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2008: 243).
makna kebudayaan dalam bahasa Inggris adalah culture, Sementara dalam bahasa Arab, kata yang biasa dipakai untuk menunjuk pada kebudayaan adalah al-hadlarah, terkadang juga al-tsaqafah (kata yang terakhir biasanya dipakai untuk padanan kata peradaban, atau civilization, dalam bahasa Inggrisnya).
Pengertian kebudayaan secara terminologis di antaranya menurut:
a)Selo Sumarjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah suatu hasil karsa, rasa, dan cipta masyarakat.
b)Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang didalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai bagian dari anggota masyarakat.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya,Senin, 09 Januari 2012).
Dari dua definisi tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa kebudayaan adalah sesuatu yang dihasilkan dari akal pikiran, perasaan, dan perbuatan manusia. Secara umum kebudayaan terbagi menjadi 2 kategori, yaitu abstrak dan konkret. Kebudayaan yang bersifat abstrak yaitu sesuatu yang secara prinsip diakui keberadaannya namun tidak terlihat, misalnya ide / gagasan, dan kepercayaan. Sedangkan kebudayaan yang bersifat konkret adalah sesuatu yang dapat terlihat secara kasat mata, misalnya benda-benda yang dibuat manusia.
Kata kebudayaan sering disetarakan dengan kata peradaban. Padanan kata peradaban dalam Bahasa Inggris adalah civilization yang berakar kata civic, artinya yang berhubungan dengan hak dan kewajiban warga negara. Oleh karena itu civilisasi berarti menjadikan seorang warga negara hidup lebih baik, teratur, tertib, sopan dan berkemajuan. Ciri-ciri masyarakat seperti itu adalah masyarakat yang beradab. Hal ini sesuai dengan asal kata peradaban, yaitu adab yang berarti sopan santun (http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya, Senin, 09 Januari 2012).
Makna peradaban secara leksikal menurut kamus Bahasa Indonesia adalah kecerdasan lahir batin, dan tingkat kehidupan yang lebih maju, baik secara moral maupun material (Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 27; 2008).
Secara istilah, peradaban (walau terkadang dianggap sama dengan kebudayaan) adalah pengetahuan praktis yang dimaksudkan untuk mengangkat derajat kehidupan manusia untuk dapat menguasai alam sekitar. Perbandingan di atas menunjukkan bahwa peradaban memiliki nilai yang lebih tinggi disbanding dengan kebudayaan. (Musyrifah Sunanto, 3; 2003).
b.Makna Kebudayaan Islam
Islam tidak identik dengan Arab, karena tidak semua bangsa Arab pasti beragama Islam, banyak pula anggota masyarakat yang berasal dari bangsa Arab namun tidak beragama Islam. Karena itu, jika ada suatu kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di wilayah Arab, maka kebudayaan tersebut dinamakan Kebudayaan Arab, walaupun ada juga sebagian orang dan ahli yang menyebutnya sebagai Kebudayaan Islam. (http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya_Arab, Senin, 09 Januari 2012). Terhadap pernyataan ini muncul dua pendapat :
a)Pertama, bahwa kebudayaan itu disebut sebagai kebudayaan Arab, karena kebudayaaan ini tumbuh dan besar di tanah Arab. Sering juga disebut kebudayaan Timur Tengah, atau budaya padang pasir.
b)Kedua, disebut sebagai Kebudayaan Islam. Sebab, meskipun kebudayaan ini lahir di tanah Arab, tetapi selanjutnya, Islam sangat berperan dalam mempengaruhi pertumbuhan kebudayaan ini.
Dengan demikian, anggapan bahwa kebudayaan itu adalah Kebudayaan Islam, karena Islam adalah agama yang telah membesarkan kebudayaan tersebut.
Menurut pendapat Penulis, kedua pendapat itu dapat dibedakan pada aspek sudut pandangnya. Kalau dilihat dari sisi kebangsaan, atau teritorial maka kebudayaan tersebut dinamakan Kebudayaan Arab. Dan jika dilihat dari dominasi keagamaan yang mempengaruhinya, maka kebudayaan itu dapat dinamakan Kebudayaan Islam. Namun Penulis lebih cenderung untuk menyebut kebudayaan tersebut adalah kebudayaan Arab. Karena sebagaimana kebudayaan yang tumbuh di Indonesia, tetap disebut sebagai Budaya Indonesia, dan bukan Kebudayaan Islam, meskipun Islam adalah agama yang dominan di Indonesia.
c.Ciri-Ciri dan Struktur Kebudayaan Islam
Ada pemahaman bahwa kebudayaan yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW adalah Kebudayaan Islam, dan bukan kebudayaan Arab, (http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya_Arab, Senin, 09 Januari 2012). maka dalam hal ini ada dua cara pandang yang berbeda:
a)Pertama, Kebudayaan Islam adalah semua hasil cipta dan karya yang dihasilkan dalam pemerintahan Islam, atau komunitas yang mayoritas muslim, dengan Islam sebagai agama individu, atau komunitas pencetusnya.
b)Kedua, Kebudayaan Islami adalah suatu cipta dan karya yang bersumber dari dasar ajaran Islam, apa pun agama individu, atau komunitas pencetusnya meskipun berada dibawah pemerintahan non muslim.
Dalam hal ini Penulis lebih cenderung berpendapat bahwa Kebudayaan Islam adalah kebudayaan yang mutlak berasal dari ajaran Islam, dicetuskan dan dilakukan oleh umat Islam. Kebudayaan Islam secara khusus adalah sesuatu yang dihasilkan umat Islam baik dalam bentuk konkret maupun abstrak, yang secara prinsip bersumber pada ajaran Islam. Misalnya model baju penutup aurat, bersekolah, hidup bersih, dan sebagainya.
Dan Kebudayaan Islami adalah suatu cipta dan karya manusia baik muslim maupun non muslim yang berangkat dari sumber ajaran Islam. Misalnya membuat sapu, dan kebiasaan menyapu, walaupun dilakukan oleh orang non muslim, maka perbuatan dan kebiasaan itu disebut Kebudayaan Islami, karena bersumber dari ajaran Islam tentang kewajiban hidup bersih. Maka wajar saja kalau ada orang yang berkata bahwa dia telah melihat banyak kebudayaan islami di dunia Barat (baca; mayoritas non muslim), meskipun disana sangat jarang umat Islam, sebaliknya kebudayaan islami itu belum banyak teraplikasikan di dunia bagian Timur (baca; mayoritas muslim), meskipun banyak penduduknya yang beragama Islam.
d.Tujuan dan Manfaat Mempelajari Sejarah Kebudayaan Islam
Ada 3 (tiga) dimensi waktu dalam ilmu sejarah, yaitu: masa lalu, masa sekarang, dan masa yang akan datang. Ketiga dimensi waktu itu menunjukkan adanya kesatuan waktu yang saling berkesinambungan yang di dalamnya terdapat berbagai peristiwa dan perubahan. Untuk dapat memahami berbagai perubahan tersebut, manusia yang hidup pada saat ini harus belajar dari masa lampau. Berbekal dari pengetahuan masa lampau itu manusia pada masa sekarang dapat mengambil keputusan yang tepat demi kebaikan saat ini dan masa yang akan datang. Dan diharapkan untuk tidak mengulangi kesalahan sebagaimana yang telah dilakukan pada masa lampau. (http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah, Senin, 09 Januari 2012).
Sekalipun peristiwa masa lalu tidak akan terulang pada masa sekarang, tetapi pesan, nilai, dan pelajaran yang terkadung di dalamnya tidak pernah sirna atau basi. Sejarah sebagai ’ibrah, berarti menjadikan masa lalu yang positif sebagai contoh untuk ditiru dan ditingkatkan menjadi lebih baik lagi, dan menjadikan yang negatif sebagai pelajaran agar tidak terulang lagi, karena seekor keledai pun tidak akan masuk ke dalam lubang yang sama hingga dua kali.
Tujuan mempelajari Sejarah Kebudayaan Islam pada umumnya Dalam konteks ini sebagaimana tercantum dalam Permenag Nomor 2 Tahun 2008, lampiran 3 b – bab VII, tentang SK – KD, yaitu:
a)Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya mempelajari landasan ajaran, nilai dan norma Islam yang telah dibangun oleh Rasulullah SAW dalam rangka mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam.
b)Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan tempat sebagai sebuah proses dari masa lampau, masa kini, dan masa depan.
c)Melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah secara benar berdasarkan pendekatan ilmiah.
d)Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan terhadap peninggalan Sejarah slam sebagai bukti peradaban umat Islam masa lampau.
e)Mengembangkan kemampuan peserta didik dalam mengambil ibrah dari peristiwa bersejarah (Islam), meneladani tokoh-tokoh berprestasi, dan mengaitkannya dengan fenomena sosial, budaya, politik, ekonomi, iptek, seni, dan lain-lain untuk mengembangkan kebudayaan Islam.
Sedangkan manfaat mempelajari Sejarah Kebudayaan Islam adalah:
a)Menumbuhkan rasa cinta terhadap Kebudayaan Islam yang merupakan buah karya kaum muslimin masa lalu.
b)Mengetahui lintasan peristiwa, waktu dan kejadian yang berhubungan dengan Kebudayaan Islam.
c)Mengetahui tempat-tempat bersejarah dan para tokoh yang berjasa dalam perkembangan Islam.
d)Memahami berbagai hasil pemikiran dan hasil karya para ulama dan tokoh Islam lainnya untuk diteladani-dalam-kehidupan-sehari-hari.
e.Bentuk / Wujud Kebudayaan
Bentuk / wujud kebudayaan menurut J.J. Hoenigman, ada tiga macam, yaitu: gagasan, aktivitas, dan artefak (http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya, Senin, 09 Januari 2012).
a)Gagasan/ide
merupakan wujud kebudayaan yang berbentuk kumpulan proses, atau hasil pikiran berupa ide, gagasan, nilai, norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak misalnya pemikiran di bidang ilmu sejarah, filsafat, matematika, fisika, kedokteran, dan lain-lain.
b)Aktivitas (tindakan)
Aktivitas adalah wujud kebudayaan berupa suatu perbuatan seseorang, atau komunitas. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Misalnya, acara lamaran, dan perayaan pesta perkawinan.
c)Artefak (karya)
Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil atau cipta dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya konkret. Misalnya, rumah tinggal, tempat beribadah, dan lain-lain.
Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud kebudayaan ide mengatur dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas) untuk menghasilkan karya (artefak).
Berdasarkan wujudnya tersebut, menurut para ahli, budaya memiliki dua sifat yaitu:
a)Kebudayaan material
Kebudayaan material adalah semua ciptaan masyarakat yang nyata, dan konkret. Misalnya, televisi, stadion olahraga, dan lain-lain.
b)Kebudayaan nonmaterial
Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke generasi, misalnya, cerita rakyat, lagu, dan lain-lain. (http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya, Senin, 09 Januari 2012).
C.Penutup
Setelah kita mengetahui dan bahkan atau memahami sudut pandang perbedaan antara Kebudayaan Arab, Kebudayaan Islam, dan Kebudayaan Islami, maka seyogyanya tumbuh dalam jiwa kita keinginan untuk dapat melestarikan kebudayaan yang terutama bersumber dari ajaran Islam. Lebih dari itu, ekspektasinya adalah kemampuan untuk dapat mengaplikasikan kebudayaan transcendental itu dalam perilaku kehidupan kita sehari-hari. Sehingga kemungkinan untuk mewujudkan kembali masa keemasan Islam dapat lebih terbuka peluangnya. Hal ini tentunya memerlukan dukungan dari semua pihak, mulai dari hal yang paling kecil, dan tentunya mulai sekarang juga.
a.Saran
Untuk lebih memperkaya dan melengkapi serta meningkatkan kualitas pengetahuan khususnya dalam bidang sejarah kebudayaan Islam, hendaknya para rekan guru dapat menambah waktu membacanya. Sehingga jika para rekan guru senantiasa menambah waktu dan jam membaca, maka proses belajar dan mengajar baik secara formal di kelas maupun informal di luar kelas, dapat lebih tinggi bobot dan mutunya. Dan lebih dari itu, kualitas para peserta didik pun dapat lebih meningkat pula.
Referensi
Ahmad Al-Usairy, terjemah: Samson Rahman, Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX, Jakarta, Akbar Media Eka Sarana, 2003.
Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik, Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam, Jakarta, Kencana Prenada Media Group, 2003.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta, Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2008.
http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya, Senin, 09 Januari 2012.
http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya_Arab, Senin, 09 Januari 2012.
http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah, Senin, 09 Januari 2012.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar